Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak mengubah pandangan soal nasib dunia ke depan. Menurutnya, situasi dunia yang memburuk pada saat sekarang bisa berlanjut ke 2023, sehingga harus dilakukan antisipasi.
"Kita tahu bahwa situasi dunia masih tidak baik-baik saja," kata Jokowi dalam sidang kabinet paripurna yang disiarkan oleh akun Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (6/12/2022).
Jokowi meminta seluruh pimpinan Kementerian Lembaga kembali mengevaluasi kebijakan, sehingga menjadi tepat sasaran. Baik dalam hal energi, pangan maupun keuangan.
"Sekali lagi saya minta seluruh policy yang berkaitan dengan masyarakat, hajat hidup orang banyak itu betul-betul dikalkulasi, dihitung betul-betul," terangnya
"Kuncinya, sekali lagi, kolaborasi antara kementerian dan lembaga, dan jangan terjebak pada ego sektoral, melakukan konsolidasi data, konsolidasi policy, dan juga konsolidasi dari pelaksanaan atau implementasi," tegas Jokowi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun 2022 diperkirakan pada kisaran 5,2% (year on year/yoy) dan diperkirakan akan mencapai 5,3% (yoy) pada tahun depan.
"Di tahun 2023 forecast 5,3% sesuai yang ditetapkan dalam APBN," jelas Airlangga dalam keterangan persnya.
Adapun faktor eksternal juga masih akan terus diwaspadai oleh pemerintah, karena dapat menimbulkan risiko terhadap ekonomi nasional. Faktor eksternal yang akan terus dipantau pemerintah, diantaranya ketersediaan rantai pasok, lingkungan geopolitik, inflasi global, scaring effect terhadap inflasi, dan cuaca ekstrem.
Arah kebijakan bank sentral di banyak negara maju, juga menjadi salah satu perhatian pemerintah dalam mengambil arah kebijakan di tahun depan. "Karena tensi politik, inflasi, suku bunga global, stagflasi masih kelihatan," jelas Airlangga.
0 Komentar