Deputi IV Kantor Staf Presiden (KSP) Juri Ardiantoro menegaskan, pesan tersebut ditujukan kepada semua kalangan. Mulai dari elite politik hingga masyarakat umum.
“Keterbelahan politik di masyarakat adalah akibat dari perilaku politik para elite dalam berbagai level yang tidak sadar betapa berbahayanya politisasi agama dan politik identitas," kata Juri dalam keterangannya, Selasa (16/8/2022).
Juri mengatakan, pola tersebut perlu diwaspadai jelang pemilu. Sebab, politik identitas adalah formula yang sangat mudah untuk memicu radikalisasi penyesatan masyarakat.
Selain itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno juga menanggapi. Ia menyebut pesan Jokowi dalam pidatonya ditujukan kepada rakyatnya.
“Pidato Jokowi ini bukan hanya sebatas perkubuan politik ya. Tapi artinya dia sebagai Presiden Republik Indonesia bahwa jangan mengkafir-kafirkan kalau hanya urusan politik, politik urusan kalah menang nggak ada hubungannya surga neraka,” kata Adi.
Adi menambahkan, “Pak Jokowi mau ingetin itu saja. Karena, kan, sudah banyak kejadian orang menganggap politik itu semacam perang agama. Lah, itu yang sebenarnya ingin dihindari. Ya, itu berlaku kepada siapapun, tentu untuk menjaga stabilitas dan keutuhan berbangsa dan bernegara.”
Meskipun demikian, Adi tak menampik bahwa pernyataan Jokowi tersebut erat kaitannya dengan residu Pilpres 2014 dan 2019 yang menyisakan polarisasi hingga saat ini.
“Kan, ada orang atau kelompok yang menganggap pemilu urusan masuk surga dan neraka. Kan, perpecahan sampai sekarang masih terjadi gara-gara masalah isu politik identitas itu, kan. Fragmentasinya sampai sekarang kelihatan, cebong dan kampret nggak ilang-ilang tuh. Karena bagian residu dari demokrasi 2019 yang belum usai sampai sekarang," katanya.
Menurut Adi, Jokowi dalam pidatonya hendak mengingatkan kelompok-kelompok di luar pendukungnya, namun secara bersamaan melakukan evaluasi internal.
“Kalau mau jujur sebenarnya satu sisi Jokowi ingin bilang ke kelompok-kelompok di luar Jokowi, tapi pada saat yang bersamaan Jokowi juga ingin mengevaluasi di internal. Jadi siapapun nanti orangnya, partainya yang saat ini berada di koalisinya Jokowi, janganlah coba-coba menggunakan agama dan politik identitas sebagai sentimen kemenangan. Kira-kira begitu," kata Adi.
0 Komentar