Kuasa Hukum JNE, Hotman Paris menjelaskan perkara beras bansos yang viral dikuburkan karena mengalami kerusakan dalam proses pengiriman untuk wilayah Depok. Sesuai kesepakatan, kontrak biaya penggantiannya ditanggung sendiri oleh JNE. Beras yang rusak tersebut sebesar 3,4 ton beras.
"Untuk mengganti beras yang rusak tersebut, dipotong honor. Karena begitu rusak, kita ganti dengan minta beras tambahan. Jadi honor kita dipotong Rp37 juta," kata Hotman dalam konferensi pers, Kamis (4/8/2022).
Hotman pun memastikan beras pengganti itu sudah dikirimkan ke keluarga penerima manfaat (KPM) di wilayah Depok. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan sejumlah dokumen tanda terima beras tersebut oleh masyarakat.
"Beras yang dibagikan itu 6.199 ton yang rusak cuma 3,4 ton atau 0,05 persen. Yang rusak itu sudah diganti beras baru dan dikieimkan lagi," jelasnya.
Sementara itu, VP Quality Assurance and Facilty Management JNE Samsul Djamaludin menjelaskan duduk perkara persoalan penguburan beras bansos. Awalnya, JNE menjalin kontrak untuk pendistribusian beras bantuan presiden pada Mei dan Juni 2020 lalu. Selama proses pendistribusian tersebut, beras mengalami kerusakan karena efek cuaca hujan deras.
"Pekerjaan yang kita dapatkan untuk proyek distribusi beras ini kita lakukan di bulan Mei dan Juni 2020. Itu semua kita lakukan proses delivery tuntas. Karena kontrak kita di Mei dan Juni 2020. Beras kami terima dari Bulog dalam kondisi baik tapi dalam proses transportasi kena hujan," katanya.
Oleh karena itu, beras yang rusak tersebut disimpan dig JNE selama 1,5 tahun sebelum akhirnya diputuskan untuk dikubur.
0 Komentar