Bertepatan dengan peringatan Harlah Pancasila pada 1 Juni 2023, pasukan PDI Perjuangan bertemu di Rumah Aspirasi, yang berlokasi di Jalan Pangeran Diponegoro No. 72, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2023). Pada acara itu, Ganjar kembali menyampaikan pesan yang menyejukkan, tidak seperti kubu sebelah yang belakangan ribut dengan narasi-narasi yang bertolak belakang dengan semangat perubahan yang coba ditiupkan oleh Capres RI dari PDI Perjuangan itu.
*"Muncul diksi-diksi yang
baik, tidak membully, tidak hoaks, tidak menyerang individu, tidak sara, tidak
memecah belah, dan saya yakin ruangan ini lah yang bisa mendesain ini semua,”
kata Ganjar mantap.
Pada acara yang sama, Gubernur
Jateng itu menegaskan:
“Partai sudah menyiapkan,
gabungan partai sudah menyiapkan, sudah kita uji ke beberapa pakar. Tapi saya
mau masih ada suara yang kita dengar dari grass root, dari para relawan."
Terdengar
rencana sudah cukup matang, bukan? Ibarat orang masak, semua bahan sudah siap
dalan kondisi setengah matang, tinggal diproses sedikit dan dimatangkan, lalu
bisa dinikmati. Apa proses finishing yang diperlukan? Ya, itu
salah satunya mendengar aspirasi masyarakat dari suara "akar rumput"
yang pastinya nanti diwujudkan jadi program yang akan disampaikan selama
kampanye.
Menarik sekali
mencermati pesan Ganjar soal pentingnya narasi dengan diksi yang baik, juga
dengan tidak membully dan menjauhi narasi yang memecah belah bangsa. Hal ini
tampaknya sukar dipenuhi oleh kubu sebelah, yang tampak ngebet jadi RI-1 tanpa
mempedulikan cara-cara kampanye yang elegan. Tampaknya begitu kan, ya?
Nggak
percaya? Lihat saja bagaimana kubu Prabowo melalui sang adik Hashim, yang belum
lama ini mengarahkan serangan personal kepada Ganjar Pranowo. Begitu pula kubu
Anies-Surya Paloh yang sejak awal sudah meniupkan materi kampanye memecah belah
dengan kekhawatiran adanya penjegalan buat kubu mereka. Ngapain dijegal ya,
wong dibiarkan saja jatuh sendiri kok. Hahaha...!
Jika
masa kampanye Pilpres 2024 masih jauh saja sudah berkampanye dengan cara
negatif, apalagi nanti pas "tombol panik" ditekan, karena merasa
tidak bisa menyaingi kampanye positif dan elegan dari kubu Ganjar Pranowo.
Akankah cara-cara seperti Pilgub DKI Jakarta dan Pilpres 2014 dan 2019 ditempuh
oleh kubu Anies dan Prabowo?
Bisa
jadi loh, terutama kalau circle, pembisik, dan pendukung utamanya
masih berisikan orang-orang lama, juga kelompok radikalis yang pernah membuat
negeri ini terpecah gara-gara politisasi ayat dan mayat pada masa lalu.
0 Komentar