Lidah ini terasa kelu saat menjumpai sepenggal video yang menayangkan sosok Anies Baswedan tengah melayangkan sebuah statement serampangan, “Kalo tantangannya adalah adu lari pagi keliling Indonesia, saya kalah dah. Tapi kalo tantangannya adalah adu gagasan, adu karya, adu rekam jejak maka kita Insya Allah nyatakan siap kepada semuanya.”
What the hell??? Belum kampanye
saja dirinya sudah blak-blakan menggelindingkan bara api berupa sindirian
kepada lawan mainnya saat Pemilu nanti. Sepertinya model kampanye ini
kedepannya juga akan kembali dimainkan oleh Anies, persis seperti halnya
kampanye Pilkada DKI dulu.
Lantas siapa sosok yang
dimaksud Anies dalam pidatonya? Jelas Ganjar, masyarakat Indonesia pun tahu
bahwasannya Ganjar memang kerap terlihat pada hari-hari libur kerjanya rutin
melakukan olahraga ke berbagai wilayah di Indonesia.
Mungkin Anies merasa cemburu
dan gerah, kala melihat Ganjar disetiap wilayah yang dipijakinya selalu ramai
dipadati oleh ribuan manusia yang hendak bertemu dengan calon Pemimpinnya.
Sepertinya saat Anies
bersatement demikian, ia lupa bahwa beberapa hari sebelum menghadiri Milad
ke-21 PKS, Anies sempat merasa menjadi orang yang paling ter-dzolimi. Bagaimana
tidak, wong saat di Tower NasDem dengan gamblang dirinya menyebut-nyebut nama
Tuhan atas tertangkapnya Sekjen NasDem, Johnny G Plate.
Membela seorang koruptor dengan
membawa-bawa nama Tuhan, benar atau salah? Sebenarnya posisi ini siapa yang
terdzolimi, Ganjar atau Anies?
Disaat mulut julidnya aktif
menyinyir Ganjar lantaran hobi larinya, namun dirinya tak pernah memahami makna
dibalik rutinitas Ganjar tersebut.
Hello Anies, apakah sifat
kedengkian didalam dirimu telah berhasil menggelapkan mata serta pikiranmu
untuk sekedar menafsirkan sesuatu? Ingat, mulutmu adalah harimaumu. Untuk
sekelas calon Presiden, menurutku Anies belumlah pantas diamanahkan sebuah
jabatan besar.
Sebab, cara pandang Anies saja
terbilang masih amatir. Dirinya hanya memandang berdasarkan sesuatu yang nampak
mata, tanpa menghiraukan hal lain dibelakang layar.
Anies bukanlah tipe calon
pemimpin ideal, didalam hati serta pikirannya yang terbesit hanyalah cara- cara
untuk menggulingkan semua rivalnya. Meskipun harus bertindak bodoh sekalipun,
akan dengan senang hati ia jalani. Semua untuk apa? Maybe, demi jabatan serta
kejayaan kelompoknya.
Telisir saja rekam jejak Anies
beserta jajaran partai pengusungnya. Apakah ada hal yang dapat dibanggakan?
Apalagi mengingat seberapa getolnya Paloh membela habis-habisan oknum yang
telah memakan uang rakyat, terasa jijik mendengar cuapannya.
Rupanya lingkungan sosial
sangatlah berpengaruh terhadap pembentukan perilaku manusia. Seperti halnya
Anies, yang begitu terobsesi akan nikmatnya kursi ke-Presidenan. Ia lupa, bahwa
menjadi pemimpin sangatlah berat untuk dipikul.
Seorang pemimpin bijak mesti
merasakan apa itu “Leiden is Lidjen”, yang berarti menjadi pemimpin pasti
menderita. Pemimpin diharuskan lebih memprioritaskan kebahagiaan rakyat serta
kesejahteraan rakyatnya, dibandingkan dengan kepentingan pribadi dan
keluarganya.
Sejauh ini, hanya Ganjar yang
bisa menampilkan itu semua. Semenjak menjabat, dirinya sudah giat terjun
langsung kedalam geliat kehidupan warganya. “Berbaur” menjadi salah satu aspek
penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Apalagi mengingat saat Ganjar
‘numpang tidur’ dirumah warganya. Bukan karena tak punya rumah, melainkan
banyaknya aktivitas Ganjar membuatnya tak sempat untuk sekedar singgah melepas
penat dikediaman pribadinya.
Ganjar juga tahu diri. Dibalik
‘nunut tilemnya’ dirumah warga, ia juga aktif untuk melihat-lihat kondisi
istana warga sekitar. Bila kondisinya dirasa tak layak untuk dijadikan tempat
tinggal, bergegaslah ia memberikan solusi berupa program bantuan yang selalu ia
gencarkan, yakni Tuku Lemah Oleh Omah. Itulah salah satu bentuk rasa kepedulian
Ganjar dalam merangkul rakyatnya.
Begitu pula dengan aktivitas
lari-lari Ganjar. Dibalik hobinya tersebut, sebenarnya ia tengah melakukan
pemantauan. Bagaimana kondisi jalan yang dia tapaki, kemudian mengecek harga
bahan baku dipasaran, lalu menengok perkembangan UMKM yang selama ini turut
menjadi fokusnya. Apakah ada kendala dalam menjalankan semua itu. Jikalau
ditemukan kendala, sudah pasti Ganjar akan siap sedia memberikan solusi.
Semua hal baik tersebut
tentunya akan dilewatkan oleh Anies, dirinya hanya tertarik dibagian konsep
lari-lari Ganjar tanpa memperdulikan dibelakang layar kegiatan Ganjar dalam
membantu warganya. Sebab itulah tujuan Anies, menggiring pemahaman publik jika
dirinyalah yang paling tepat untuk dipilih.
Realitasnya?
Rakyat bisa mengevaluasi dan
mengukur seberapa besar kepiawaian Anies ketika menjabat sebagai Gubernur DKI.
Bagi kami yang berada pada
barisan Ganjar Pranowo, akan selalu mengindahkan pesannya. Kami tidak akan
menebarkan HOAX meskipun hal seperti itu sudah kerap dimainkan oleh kubu
sebelah. Berdasarkan data serta fakta lah yang akan kami sajikan kepada publik,
biarkan masyarakat yang menilai semua itu.
Kendati demikian, masihkah kita
anggap Anies sebagai pihak yang terdzolimi? Disaat banyaknya makian yang
mendera Ganjar lantaran kegiatan larinya, dilain sisi kita melihat seorang
Capres dengan elite politiknya yang getol membela koruptor.
Biasanya, orang terdzolimi
lebih banyak diam, ikhlas, serta menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Namun ketika dihadapkan dengan fenomena seperti ini, malah membuatku
melihat secara langsung bagaimana laku Anies dalam mendzolimi Ganjar melalui
bibir lamisnya itu.
Okelah, biarkan saja semua
mengalir apa adanya. Kita tunggu saja kelanjutan permainan dari Anies. Dengan
begitu, rakyat akan lebih leluasa memberikan penilaian tentang siapa sosok yang
senantiasa mengabdikan hidupnya pada jalan kebenaran.
0 Komentar