Gubernur
Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengumpulkan sebanyak 7.810 kepala desa
(kades) se-Jateng beserta perwakilan perangkat desa di GOR Jatidiri,
Gajahmungkur, Kota Semarang, Jateng, Senin (5/6/2023).
Dalam kesempatan tersebut, Ganjar mengkonsolidasikan
program-program percepatan penurunan angka kemiskinan ekstrem kepada seluruh
kades untuk mengejar target di akhir masa jabatan.
"Saya mencoba untuk mengkonsolidasikan seluruh
program karena banyak level yang ada di desa punya peran penting. Maka tadi
saya sampaikan,” kata Ganjar di lokasi.
Ganjar menggulirkan banyak program untuk
percepatan-percepatan tersebut di desa. Mulai dari pemanfaatan APBD, bantuan
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), jambanisasi, air bersih, hingga listrik gratis.
Terlebih, Ganjar juga telah berkolaborasi dengan
Baznas dan CSR perusahaan swasta untuk menggenjot penurunan kemiskinan ekstrem
dari dana non-APBD.
"Kita masuk pada slot-slot dimana partisipasi
masyarakat bisa kita buka ruang yang sebanyak-banyaknya. Ada Baznas, CSR,
filantrop, pada kelompok-kelompok masyarakat yang kemarin terjun dan bahkan
mereka datang ke desa-desa,” tandasnya.
Selain mengejar target penurunan angka kemiskinan
ekstrem, politikus PDI Perjuangan ini juga mengingatkan para Kades soal angka
stunting yang menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Gubernur Jateng dua periode itu tak memungkiri
Pandemi Covid-19 berdampak kuat pada kenaikan angka kemiskinan dan masalah lain.
Sehingga diharapkan momen ini menjadi batu loncatan untuk menyelesaikan
persoalan.
"Kita enggak boleh menyerah, nah waktu pendek
inilah dengan teman-teman Kades kita ajak untuk kita bekerjasama melakukan
sebuah percepatan,” katanya.
Ganjar menuturkan, sejak 2013 hingga akhir 2023
telah menggelontorkan lebih dari Rp 8,4 triliun bantuan keuangan untuk desa.
Adapun pada 2023, total bankeu desa yang dikucurkan sebanyak Rp 1,7 T.
Salah satu contoh yang diberikannya kepada para
kades adalah Desa Sepakung. Berkat kreativitasnya, desa itu kini menjadi desa
digital karena kreativitas pengelolaan di desanya.
"Mereka yang dulu betul-betul desa yang tidak
ada internet, karena kreativitas desanya dia beli bandwith dari provider,
kemudian dikelola oleh BUMDes, kemudian dijual kepada masyarakat dan hari ini
luar biasa, prrkembangan bagus, wisatawan datang banyak sekali. Ini salah satu
contoh,” tuturnya.
0 Komentar