Konstelasi politik di Indonesia bergerak dinamis jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Sejumlah nama mulai bermunculan dan digadang-gadang menjadi calon presiden yang menjadi harapan rakyat Indonesia selanjutnya.
Satu persatu permasalahan di Indonesia yang perlahan telah terurai dan dirajut, jangan sampai kembali kusut dan membelit lini kehidupan masyarakat. Perekonomian makin membaik.
Hal ini dibuktikan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2023 yang melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,31 persen pada 2022.
Dalam bidang pendidikan pun keberhasilan telah ditoreh dengan dibenahinya sejumlah tantangan di sektor Pendidikan. Salah satunya adalah pemerataan akses pendidikan bagi anak-anak Indonesia di seluruh pelosok tanah air.
Tantangan lainnya adalah bagaimana meningkatkan skor Programme for International Student Assessment (PISA) atau kemampuan siswa di bidang sains, membaca, dan matematika.
Pemerintah juga melanjutkan program bantuan pendidikan melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Dimana pada tahun ini, selain KIP untuk SD, SMP, dan SMA, juga terdapat untuk kuliah.
Pemerintah juga menyebut terus menggenjot pendidikan vokasi di Indonesia. Disebutkan bahwa sebanyak 14.084 SMK melakukan kerja sama dengan dunia usaha dan industri.
Meski begitu, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang belum terselesaikan dengan baik. Salah satunya adalah masih adanya kasus-kasus intoleransi beragama di sejumlah daerah, seperti penutupan gereja di Banten dan Purwakarta beberapa waktu lalu.
Setara Institute mencatat, periode pertama kepresidenan Jokowi tidak menghasilkan teroboson yang signifikan dalam pemajuan toleransi dan kebebasan beragama/berkeyakinan. Alih-alih membangkitkan harapan publik, tahun pertama periode kedua Presiden Jokowi justru menunjukkan lemahnya kepemimpinan nasional dalam jaminan hak untuk beragama/berkeyakinan secara merdeka sesuai dengan konstitusi.
Selain itu, meningkatnya segregasi sosial antaridentitas yang memicu ketegangan (tension), ketidaktertiban sosial (social disorder) hingga kekerasan terhadap identitas yang berbeda, terutama minoritas yang rentan.
Berikutnya adalah maraknya ekspresi terbuka intoleransi, pelanggaran hak, dan kekerasan atas nama agama.
Dan kini, jelang pergantian pucuk kepemimpinan pada Pilpres 2024 mendatang, harapan publik tertumpu pada calon presiden selanjutnya.
Harapan tersebut nyata, sebab dibutuhkan sosok yang mampu meneruskan warisan pemerintahan saat ini dan menjadikannya lebih baik di masa yang akan datang.
Dalam konteks itu, dibutuhkan sosok pemimpin yang telah terbukti bisa meningkatkan harkat hidup masyarakat, peduli dengan semua lapisan masyarakat, melindungi yang lemah dan mengayomi yang berdaya.
Dan hingga kini kami melihat kriteria tersebut ada pada sosok Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Kami juga mencatat sejumlah prestasi yang telah ditorehkan Ganjar Pranowo selama ia memimpin Jawa Tengah.
Keberhasilan Ganjar di Bidang Ekonomi
Pada 2014, atau tahun pertama ia menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, Ganjar menerima penghargaan Satyalancana Pembangunan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Penghargaan itu diberikan atas keberhasilannya meningkatkan perekonomian masyarakat lewat program sertifikasi untuk pengelola dan profesi koperasi.
Melalui program itu, Ganjar mendorong agar terjadi revitalisasi koperasi, khususnya Koperasi Unit Desa (KUD). Salah satu contoh yang dibanggakan Ganjar adalah KUD Mino Saroyo di Cilacap. Koperasi itu telah berhasil meningkatkan kesejahteraan para nelayan di sana.
Ganjar juga memaksimalkan BUMD untuk bisa memberikan akses permodalan lewat kredit murah. Sejak tahun 2016, Ganjar menggandeng Bank Jateng memberikan kredit murah bagi masyarakat. Adalah Mitra Jateng 25 dan Mitra 02, nama kredit dengan bunga rendah yang diluncurkan Ganjar bersama Bank Jateng.
Kebijakan ini mendapat apresiasi langsung dari Presiden Joko Widodo karena menjadi kredit usaha rakyat dengan bunga 7 persen dan 2 persen. Kredit ini menjadi pelopor bunga rendah di Indonesia dan membuka akses pembiayaan bagi pengusaha ultramikro, mikro dan usaha kecil sebagai modal usaha.
Sudah bukan rahasia lagi Ganjar sangat pro terhadap pelaku UMKM. Hal itu dibuktikan dengan pembinaan masif yang dilakukan Dinas Koperasi dan UMKM. Ganjar juga menggandeng marketplace besar untuk membina UMKM lebih maju dan mandiri.
Saat ini tercatat, jumlah UMKM binaan Jateng tahun 2022 ada 177.256 unit dan menyerap tenaga kerja hingga 1.320.953 orang. Jumlah ini meningkat signifikan dibanding awal dirinya menjabat yang hanya ada 30.339 unit dan penyerapan tenaga kerjanya 480.508 orang. Adapun omzetnya, tahun 2013 hanya mampu Rp 20.345 Triliun. Sedangkan pada 2022 Triwulan I, omzetnya mencapai Rp 68.387 Triliun.
Upaya-upaya Ganjar untuk pelaku usaha kecil lewat kredit usaha rakyat ini mendapat penghargaan Provinsi Terbaik Pengelolaan Kredit Usaha Rakyat dari Kemenko Perekonomian sebanyak dua kali. Yakni 2019 dan 2021
Selain program-program di atas, masih banyak lagi program Ganjar Pranowo di bidang ekonomi yang telah terbukti berhasil meningkatkan harkat hidup masyarakat di Jawa Tengah
Torehan Ganjar di Bidang Pendidikan
Selama menjadi Gubernur Jawa Tengah, ternyata Ganjar Pranowo memiliki kepedulian yang tinggi terhadap dunia pendidikan.
Ia sempat membuat sejumlah inovasi di bidang pendidikan, diantaranya membangun sekolah asrama gratis yang khusus untuk siswa miskin.
Sekolah tersebut diberi nama SMK Negeri Jateng yang terdapat di Semarang, Pati dan Purbalingga. Dan ke depannya, Ganjar berencana akan mendirikan lai belasan sekolah yang serupa.
Sejak 2020, Ganjar juga memebebaskan biaya SPP bagi semua siswa SMA/SMK/SLB Negeri di wilayah Jawa Tengah.
Pembiayaan pendidikan di sekolah-sekolah tersebut diambil dari Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) sehingga tidak lagi dibebankan kepada orang tua siswa.
Selain itu, Gubernur Ganjar juga meningkatkan kesejahteraan para guru honorer di wilayah Jawa Tengah. Ia menetapkan honor seluruh Guru Tidak tetap (GTT) dalam satuan pendidikan SMA, SMK dan SLM negeri sesuai dengan UMK dan masih tidambah lagi 10 persen.
Jika dulu guru honorer di Jateng hanya menerima Rp200 ribu perbulan, kini guru honorer ada yang menerima penghasilan hingga Rp2,3 juta.
Peduli dengan Kelompok Minoritas dan Pro Keberagaman
Masalah intoleransi keberagaman masih menjadi momok di Jawa Tengah. Hasil penelitian tentang kebebasan beragama oleh Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) Semarang menyebutkan, setidaknya terdapat puluhan kasus pelanggaran terjadi sepanjang tahun 2017 lalu. Kali ini, mayoritas pelanggaran didominasi penolakan terhadap kegiatan berbasis agama.
Masalah intoleransi sendiri hampir setiap tahun masih berkutat pada pendirian rumah ibadah, dan konflik horizontal di kalangan masyarakat. Permasalahan intoleransi di 2017 pada dasarnya tak jauh berbeda persoalan tahun sebelumnya.
Meski begitu, Ganjar Pranowo takhenti-hentinya menyuarakan semangat keberagaman dan menolak intoleransi beragama kepada warganya. Hal itu dilakukan dalam berbagai cara, secara langsung di hadapan warga, atau melalui kampanye kreatif melalui akun media sosialnya.
Namun tak hanya sekadar memberikan imbauan, Ganjar turut mengambil sikap dan menindak aksi intoleransi yang terjadi di wilayahnya. Salah satunya yang terjadi di Sragen pada 2020 lalu, dimana ada salah satu siswi yang dipaksa mengenakan jilbab di SMA Negeri 1 Gemolong, Sragen.
Menanggapi kasus tersebut Ganjar Pranowo memberikan perhatian khusus dengan menyatakan akan menemui langsung siswa yang bersangkutan, orang tuanya dan pihak guru di sekolah tersebut. Upaya Ganjar untuk menindak oknum pelaku teror pemaksaan jilbab itu patut diapresiasi karena merupakan Langkah nyata memerangi tindakan intoleransi di Jawa Tengah.
Sejumlah keberhasilan itu pula yang mendorong aktivis 98 dari simpul KM jayabaya yang sebagian dari mereka menetapkan untuk mendorong Ganjar Pranowo untuk melenggang ke kursi presiden Indonesia, dengan harapan keberhasilan tersebut bisa diduplikasi dan dikembangkan lagi sehingga bisa dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. (Yoega Diliyanto / Rio Rizalino)
0 Komentar