Nilai tukar rupiah terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) bulan ini. Bank sentral AS (The Fed) yang sangat agresif menaikkan suku bunga membuat rupiah tertekan.
Sepanjang bulan ini, rupiah tercatat masih melemah 2,6%, dan menjadi yang terbesar sejak Maret 2020 yang anjlok hingga 13,7% saat awal pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19).
Jebloknya nilai tukar rupiah juga menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya situasi yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh global yang semakin memburuk.Antara lain kebijakan yang ditempuh oleh Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
"Kita tahu hampir semua negara melemah, terkontraksi ekonominya. Tiap hari yang kita dengar krisis energi, minyak, gas, hampir semua negara. Financial, currency yang melompat-lompat," jelasnya dalam acara UOB Economic Outlook, Kamis (29/9/2022)
"Kita tau kalau dilihat angkanya kita masih baik nilai tukar rupiah kita," terang Jokowi.
Rupiah memang sedang tertekan, tetapi masih jauh lebih baik ketimbang mata uang utama Asia lainnya, bahkan mata uang Eropa.
Sepanjang tahun ini rupiah melemah 6,84%, hanya sedikit lebih besar dari dolar Singapura yang melemah 6,37%. Sementara mata uang lainnya rontok.
Rupee India dan peso Filipina bahkan menyentuh rekor terlemah sepanjang sejarah tercatat di Refinitiv.
Secara persentase, yen Jepang menjadi yang paling parah, merosot lebih dari 25% dan berada di level terlemah dalam 24 tahun terakhir. Kurs ringgit Malaysia juga berada di level terlemah sejak 1998, yuan China terlemah dalam 14 tahun terakhir.
Dari Eropa, poundsterling juga menyentuh rekor terlemah sepanjang sejarah, sementara euro di level terendah 20 tahun.
0 Komentar