Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo berharap tidak ada polarisasi dalam perpolitikan di Indonesia. Termasuk saat pesta demokrasi pemilu yang akan berlangsung pada 2024.
Masyarakat tidak boleh termakan pemberitaan yang bersifat hoaks karena kerap kali pemberitaan itu mengganggu kehidupan bermasyarakat dan menyebabkan perselisihan di tengah-tengah lingkungan. Maka dari itu, bersama Dewan Pers, Polri sepakat untuk menjaga situasi masyarakat untuk tetap kondusif.
"Kita membuat MoU (Memorandum of Understanding) serta kerja sama untuk bisa melakukan program informasi terkait hal yang memang perlu dikerjasamakan, dan beberapa tantangan ke depan yang kita hadapai terkait pemberitaan dengan metode yang biasa disebut cooling system untuk mencegah polarisasi yang biasa dilakukan saat Pemilu," kata Sigit di Mabes Polri, Selasa (21/6).
Sigit menyebut, metode edukasi dan penyampaian literasi akan dilakukan terhadap masyarakat untuk menyukseskan program ini. Politik sehat di tengah masyarakat juga menjadi tujuan.
Potensi perpecahan di tengah masyarakat menjadi hal yang bersifat urgensi untuk ditindak. Supaya, Indonesia dalam kacamata yang lebih besar dapat terwujud.
"Kita harus menjaga ini semua sehingga bisa memberikan literasi pendiidkan bagaimana menjaga politik yang sehat ini menjadi perhatian bersama. Kita butuh ini untuk mengurangi potensi perpecahan dan ini selalu saya ingatkan untuk urgensi kita maka Indonesia bisa menghadapi tantangan global tetap eksis," ujar Sigit.
Dalam kesempatan serupa, Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra mengatakan, masyarakat terpecah belah karena dinamika politik adalah sebuah keniscayaan. Hal itu tidak bisa diabaikan.
Ia berharap, media dapat membuat pemberitaan yang lugas dan jelas. Pemilihan kata atau diksi harus menjadi poin yang merujuk ke arah penyatuan bangsa.
"Kita berharap kaawan media tidak menggunakan diksi-nya yang memecah anak bangsa," kata Azyumardi.
Azyumardi menyebut, tidak hanya media massa namun media sosial juga dapat menjadi ancaman. Eksploitasi media sosial yang hampir tidak dapat ditanggulangi bisa membuat perpecahan masyarakat.
"Karena dengan eksploitas media sosial yang bisa membuat adu domba di masyarakat," ujarnya.
0 Komentar