“Terlalu mahal dia untuk diborgol, dalam kapasitas dirinya sebagai Menteri, Sekjen partai, terlalu mahal.” Surya Paloh.
Jengkel bukan main saat mendengar
ungkapan Ketua Umum partai NasDem ini, sebegitu getol dirinya membela orang
yang jelas-jelas telah melakukan kesalahan. Seberapa penting Johnny G. Plate
dimatanya? Mengapa seorang Surya Paloh sangat menggebu dalam membantu seorang
koruptor?
Bukankah memang sudah
semestinya seorang tikus berdasi yang terbukti mengkeduk uang negara pantas
mendapat hukuman setimpal dengan apa yang diperbuatnya? Ingat, rakyat susah
payah mengais rezeki agar dapat membayar pajak. Namun dengan santainya kalian
para pejabat bertindak seenaknya dengan memakan uang kami, masih kurangkah gaji
serta tunjangan dan fasilitas yang kalian dapatkan?
Sudah pasti diriku geram,
ketika mengetahui koruptor dibela mati-matian oleh jajaran elite politiknya.
Tak segan, anak buah parpol ini juga beramai-ramai turut mengutuk beberapa
pihak atas penangkapan Menkominfo tersebut.
Waras? Entahlah, sepertinya
memang kondisi kejiwaan mereka perlu mendapatkan penanganan serius imbas di
buinya Johnny. “Sudah jatuh, tertimpa tangga pula,” itulah peribahasa yang
tepat ditujukan pada partai NasDem. Disaat mereka (NasDem) tengah sibuk
menyusun berbagai strategi demi menaikan elektabilitas Anies Baswedan yang
tertinggal jauh, eh malah Sekjen partainya tersandung kasus korupsi.
Pasalnya, dalam simulasi tiga
nama capres menurut lembaga survei garapan Charta Politika. Anies selalu
menempati posisi ketiga. Survei yang dilaksanakan pada tanggal 2-7 Mei 2023
ini, menampilkan hasil elektabilitas Ganjar yang memperoleh 38,2%, di ikuti
Prabowo Subianto 31,1% lalu Anies Baswedan 23,6%.
Apakah hanya Charta Politika
saja? Emm, rasanya tidak fair jika diriku tak mengikut-sertakan SMRC. Lembaga
survei milik Saiful Mujani ini rupanya turut andil dalam membagikan
pekerjaannya terhadap tren elektabilitas tiga kandidat Capres yang dilakukan
pada tenggang waktu 30 April hingga 07 Mei 2023.
Dalam simulasi tiga nama Capres
disebutkan, jika Ganjar Pranowo paling banyak mendapat dukungan dari masyarakat
dengan perolehan sebesar 39,2%, urutan nomor dua diisi Prabowo Subianto 32,1% serta
Anies Baswedan sebesar 19,7%. Lagi-lagi, angka yang harus Anies kejar masih
terlampau jauh.
Bukan sesumbar, namun diriku
hanya ingin memaparkan sebuah kenyataan yang cukup melegakan.
Meroketnya elektabilitas Ganjar
semakin membuatku mantap dan yakin, jika Mr. White inilah sosok yang pas nan
tepat untuk menjadi program kelanjutan Jokowi. Terlebih, mayoritas pemilih
Jokowi dan Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 lalu, sepakat mendukung Ganjar pada
Pilpres 2024 mendatang.
Poin plusnya, selama
kepemimpinan Jokowi dan Ma’ruf Amin tingkat kepuasan masyarakat terhadap
kinerja pemerintahan selalu berada diatas 70%. Nah, sudah jelas bukan.
Bahwasannya selama kepemerintahan Jokowi-Amin Ma’ruf, Indonesia telah mengalami
banyak perubahan yang begitu luar biasa.
Melihat angka yang terpaut jauh
dengan Ganjar, tentunya parpol NasDem tengah putar otak untuk menyusun trik
supaya elektabilitas capres pilihannya melonjak. Sialnya, gelombang besar malah
menghantamnya. Tersungkurlah elit yang menghuni parpol tersebut, akibat kasus
yang menjerat Johnny.
Mungkinkah pada survei yang
akan datang, nama Anies Baswedan bisa melampaui Ganjar? Berat, sepertinya.
Sebab, melihat dari perolehan elektabilitas saat ini saja Anies masih terbilang
stagnan, apalagi survei berikutnya? Bisa jadi amblas tertelan bumi.
Terlebih saat mengetahui sikap
Partai NasDem yang terkesan membela si tukang korupsi, bisa langung anjlok tuh
elektoral parpolnya. Kita tunggu saja diwaktu yang akan datang, masih mampukah
Anies dan partainya bangkit dari keterpurukan.
0 Komentar