Berbincang seru ngalor-ngidul adalah salah satu quality time terbaik dengan teman-temanku. Tidak perlu weekend yang penting ada saja waktunya, itu lebih dari cukup bagi kami yang sudah memiliki kesibukan masing-masing.
Bahasannya seperti adonan kue yang di masukkan oven, mengembang. Mulai dari artis idola kami dan kehebatan mereka di kancah nasional maupun internasional hingga tokoh-tokoh lain di tanah air. Membicarakan kehidupan mereka memang tidak ada habisnya.
Tentunya dalam menjadikan mereka sebagai idola itu ada alasannya tersendiri. Mulai dari prestasinya yang menggunung, parasnya yang menawan, hingga bagaimana kepribadiannya. Kami memang tidak tergabung dalam fanbase mereka, tapi kami cukup tahu kegiatan para fans di dalamnya.
Sejauh mata memandang kegiatannya selalu bernilai positif, salah satunya kegiatan sosial yaitu berbagi dengan masyarakat yang membutuhkan. Aku sendiri memang jarang menjumpai fanbase yang kegiatannya mengandung unsur negatif.
Sama halnya dengan relawan yang tergabung dari pendukung capres 2024 nanti. Topik dalam obrolan kami bergeser ke beberapa kandidat capres yang dilirik masyarakat. Salah satunya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Berbagai deklarasi dari rakyat sudah menggema di beberapa daerah, baik di pulau Jawa maupun luar pulau Jawa.
Beberapa waktu lalu ada kegiatan para simpatisan yang menarik perhatianku, datangnya dari warga Madura. Jika relawan Ganjar yang lain biasa melakukan bagi-bagi sembako, kali ini warga Madura meramaikan desa mereka dengan berbagai ornamen.
Mulai dari pembentukan pos-pos di setiap desa, mengibarkan bendera hingga memasang banner-banner dukung Ganjar di jalan yang biasanya banyak diakses orang. Dengan semangat ’45, mereka bergotong royong untuk mendukung Ganjar Pranowo dalam ajang pilpres 2024 nanti.
Dalam salah satu banner, potret Ganjar bertengger cantik lengkap dengan baju Sakera, pakaian tradisional Madura. Sikap tegas dengan semangat juang tinggi dalam menghadapi segala hal adalah makna dibalik Sakera. Pas sekali, sesuai dengan doa yang dipanjatkan warga untuk calon pemimpin mereka, Ganjar Pranowo.
Keeratan kekeluargaan yang terjalin di kota sate itu memang sudah terkenal seantero negeri. Mereka sudah menganggap Ganjar sebagai bagian dari Madura. Dan itu semua dipertontonkan warga kepada publik, bahwa Ganjar Pranowo lah yang mereka harapkan menjadi the next Jokowi 2024 nanti.
Awalnya warga Madura ini sudah diprediksi banyak orang termasuk haters, kalau mereka bakal menolak Gubernur Jawa Tengah itu. Tapi nyatanya prediksi itu mlempem, failed seperti kue bantat yang sering kubuat. Hahaha.
Dari kacamataku, mereka menjatuhkan pilihan pada Ganjar Pranowo karena dial ah kandidat capres terkuat yang pastinya jauh dari radikalisme. Penilaian itu tidak lepas dari kejadian kunjungan politik Anies Baswedan di Surabaya-Madura. Kekhawatiran mereka meninggi tatkala mengetahui salah satu tempat ibadah mereka menjadi alat politik bagi gerombolan capres Nasdem itu.
Melakukan politisasi masjid saat Jumatan dengan membawa massa yang menjadi cheerleadernya hingga mengawalnya di sepanjang jalan sangat mencoreng agama. Mereka tidak ingin capres macam Anies ini menunggangi agama demi kepentingan politiknya.
Maka dari itu mereka segera menentukan sikap menentukan siapa bakal presiden pilihannya nanti. Kalau tidak begitu, yang selanjutnya terjadi bukan hanya masjid saja tapi tempat tinggal mereka juga akan diobrak-abrik dengan berbagai bentuk kerusuhan.
Oh jangan lupakan skenarionya saat turun menyusuri gang-gang pemukiman warga di Surabaya. Itu semua sudah diatur lho oleh tim mereka, briefnya pun sampai terdengar keras di rekaman video.
Wih, sampai attitude saja harus diinstruksikan itu kenapa to, bapak-bapak? Yap, itu salah satu ciri-cirinya capres boneka. Biar nggak salah tingkah di depan kamera, kudu dibrief dulu.
Dari rangkaian kegiatan selama di Surabaya, membuat penilaian warga Madura Down To Earth banget kepada capres Nasdem satu itu. Ya gimana nggak menurunkan penilaian kepada Anies, jika ia saja menyuguhkan kampanye yang menjijikkan seperti kemarin waktu pilkada 2017.
Demi dukungan dan teriakan presiden, Anies mendatangkan audience dengan bus pariwisata dan mobil-mobil lainnya. Warga tidak ingin Madura akan porak-poranda lewat suara mereka yang mendukung bapak politik identitas.
Dan yang paling jelas, warga Madura tidak ingin tergabung dalam barisan The Kadruns, yang mau saja disuruh-suruh dengan instruksi dan intervensi yang mengganggu kelancaran pikir mereka.
Dari situlah, aku dan teman-temanku dapat membandingkan deretan pendukung kedua capres yang bertolak-belaka itu. Jika fanbase yang tergabung dalam relawan Ganjar ini mencerminkan capres usungannya, tidak banyak huru-hara tapi aktif bergerak berkontribusi di lingkungan sekitar.
Beda lagi dengan pendukung Anies yang tergabung dalam gerombolan The Kadruns, yang terlalu banyak skenario. Saking kurangnya bahan untuk menjual junjungannya, mereka berani buat onar negara ini dengan menyebarkan berbagai macam hoax.
Ya, itulah alasan warga Madura harus menjauh dari Anies Baswedan dan kubunya. Karena memang mereka itu toxic sekali, tidak hanya mencemari lingkungan tapi juga organ vital rakyat, khususnya otak.
Warga Madura ini mewakili rakyat Indonesia, menginginkan pemimpin yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Dengan mayoritas beragama islam, bukan berarti mereka mengabaikan minoritas. Mereka memiliki jiwa nasionalis yang tinggi, jauh dari Kadruns yang hanya mementingkan segelintir golongan saja
Dengan melibatkan Bhinneka Tunggal Ika dalam setiap langkahnya di negeri ini, warga Madura yakin Ganjar Pranowo lah jawaban dari penantian mereka. Dia lah penerus Joko Widodo, bukan yang memecah belah negara, tapi yang akan mempertahankan persatuan bangsa.
0 Komentar