Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sempat mendapatkan kritik berbagai pihak saat memberlakukan larangan ekspor minyak kelapa sawit (CPO) pada April-Mei lalu.
Namun, ia tak mempermasalahkan jika ada pihak yang mengkritik kebijakannya tersebut. Pasalnya, kebijakan itu disebut demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Banyak yang mengatakan itu keliru, ya terserah, nggak apa-apa, pendapat orang berbeda-beda. Saya rakyat yang saya utamakan," ujar Jokowi dalam Kompas100 CEO Forum 2022, Jumat (2/12).
Jokowi sempat memberlakukan larangan ekspor CPO mulai 28 April lalu supaya harga minyak goreng di dalam negeri murah dan pasokan kembali melimpah.
Sejumlah petani sawit mengeluh usai aturan itu diberlakukan karena tangki di pabrik banyak yang penuh. Kondisi itu membuat pabrik tak mau lagi membeli sawit petani.
Jokowi kemudian memutuskan untuk membuka kembali keran ekspor CPO dan minyak goreng mulai 23 Mei. Keputusan itu diambil dengan beberapa pertimbangan.
Pertama, pasokan minyak goreng di tanah air yang sudah kembali melimpah. Jokowi mengatakan setelah larangan ekspor diberlakukan pasokan minyak goreng yang ada pada Maret hanya 64,5 ribu ton per bulan naik jadi 211 ribu ton per bulan.
Kedua, penurunan harga minyak goreng curah. Jokowi mengatakan setelah larangan ekspor CPO diberlakukan harga minyak goreng curah yang rata-rata nasionalnya sempat tembus Rp19.800 per liter berhasil diturunkan jadi Rp17.200-Rp17.600.
Sedangkan pertimbangan ketiga adalah adalah soal banyaknya orang yang bekerja di sawit.
"Pertimbangan 17 juta orang di industri sawit baik petani dan pekerja maka saya putuskan ekspor minyak goreng dibuka kembali Senin 23 Mei 2022," kata Jokowi, Mei lalu.
0 Komentar