Ketua DPP PDIP Bambang Pacul menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak mungkin menjadi Ketua Umum PDIP menggantikan Megawati Soekarnoputri. Menurutnya, orang yang menggulirkan wacana itu tidak mengerti Jokowi dan Megawati.
"Orang tak paham alam pikirannya Pak Jokowi, alam pikirannya Ibu Ketua Umum, dan kultur Jawa. Tidak mungkin Pak Jokowi, nggak mungkin lah," ucap Bambang Pacul, Rabu (2/11/2022).
Hal itu disampaikannya dalam acara Adu Perspektif bertema "Gonjang-Ganjing Peringatan Gegara Pencapresan" yang disiarkan di detikcom atas kerja sama dengan Total Politik.
Menurutnya, Jokowi dibesarkan oleh PDIP dan Megawati. Karena itu, lanjutnya, tak mungkin Jokowi mengkudeta Megawati dari posisi Ketum PDIP.
"Teori dari mana? Mana ada air susu dibalas dengan air tuba. Pak Jokowi itu dibesarkan oleh PDI Perjuangan, oleh Ibu Ketum. Putranya pun masuk PDI Perjuangan dan jadi wali kota," katanya.
"(Jokowi) Dikawal dari wali kota, gubernur, presiden oleh PDIP atas keputusan Ibu Ketum. Kemudian akan mengambil alih Ibu Ketum? Itu nggak paham kultur. Pak Jokowi tahu balas budi," imbuhnya.
Pakar komunikasi politik Effendi Gazali bertanya siapa yang menghembuskan wacana tersebut. Bambang Pacul menyebut orang yang menghembuskan itu punya kepentingan.
"Kayak gitu ditanggapi oleh kawan-kawan. Dianggap ada kudeta, ada tagar kudeta. Ini mohon izin lah, itu kan gini-gini aja (menggesek jempol di jari telunjuk yang dilipat)," kata Bambang Pacul.
Bambang Pacul pun sepakat dengan Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP Komarudin Watubun bahwa ada upaya adu domba. "Betul," kata Bambang Pacul.
KAMI untuk Ganjar Pranowo Minta Maaf
Joko Priyoski, koordinator nasional relawan Koalisi Aktivis dan Milenial Indonesia (KAMI) untuk Ganjar Pranowo mengaku pihaknya hanya mendoakan Jokowi Ketum PDIP.
Kini Joko Priyoski meminta maaf usai mendoakan Jokowi menjadi Ketum PDIP 2024. Dia meminta maaf karena multitafsir doanya sehingga menimbulkan kegaduhan.
"Tapi saya heran bahasa mendoakan itu kenapa jadi ramai, jadi bikin saya bingung apa yang salah dari sebuah doa dan malah dianggap adu domba atau relawan siluman? Tuduhan itu seperti fitnah karena tidak ada niatan buruk apapun hanya mendoakan dan jika kemudian mendoakan hal tersebut dianggap salah saya minta maaf," kata Joko Priyoski kepada wartawan, Senin (31/10).
Joko melihat sosok Ganjar sebagai pemimpin selanjutnya sehingga dia mengaku mendeklarasikan dukungan terhadap Ganjar. Di sisi lain, dia mengaku hanya sekadar mendoakan Jokowi jadi Ketum PDIP tanpa niatan memperkeruh suasana.
"Jadi saya tidak ingin memperkeruh suasana sebab banyak yang salah tafsir dalam bahasa saya mendoakan bukan mendorong atau masuk ke area internal partai jadi saya minta maaf bila akhirnya doa tersebut menimbulkan persepsi salah tafsir dan kecurigaan," ujar Joko.
"Demi Allah doa itu murni dari dalam hati tidak ada niatan buruk apapun jangan juga dituduh mengadu domba sebab kami hanya berdoa untuk estafet kepemimpinan bangsa ke depan di 2024, tidak ada maksud lain dan tidak ada maksud buruk, kami tidak ingin mengadu domba siapapun jangan bahasa tersebut kemudian men-judge negatif," imbuh dia.
Dia meminta maaf bila ada pihak-pihak yang akhirnya merasa tidak nyaman atau tersinggung dengan doa tersebut. Joko menegaskan doa tersebut murni aspirasi, bukan ingin mengadu domba siapapun atau bukan memperkeruh suasana.
"Jadi untuk pihak yang merasa tidak nyaman atau tersinggung dengan doa saya tersebut sekali lagi saya menyampaikan permohonan maaf agar tidak menjadi gaduh dan jangan lagi menjadi bola panas atau timbul kecurigaan negatif karena Allah Maha Tahu mendoakan agar estafet kepemimpinan nasional di 2024 bisa berlanjut demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia," imbuhnya.
0 Komentar