Presiden Joko Widodo atau Jokowi siap mencetak 154 ribu hektare lahan untuk ditanami sorgum sampai masa jabatannya berakhir pada 2024. Kebijakan ini diambil lantaran Indonesia sebagai importir gandum kini harus menghadapi larangan ekspor berkepanjangan dari beberapa negara produsen.
"Kami harus mengembangkan tanaman pengganti dari gandum," kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto seusai rapat terbatas di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 4 Agustus 2022.
Saat ini, pasar ekspor gandum global terdampak oleh perang Rusia-Ukarina dan ancaman krisis pangan. Airlangga pun menyebut sampai sekarang sudah ada sembilan negara yang menutup ekspor gandum mereka.
Ia mencontohkan Kazakhstan yang melarang ekspor sampai 30 September. Lalu, Kirgizstan, India, Afghanistan, Aljazair, Serbia, dan Ukraina sampai 31 Desember. Kondisi ini kemudian membuat Jokowi ingin mempercepat penanaman sorgum.
154 Ribu Hektare Sorgum
Airlangga melaporkan luas tanam sorgum hingga Juni mencapai 4.355 hektare di enam provinsi. Produksinya pun sudah menyentuh 15.243 ton dengan produktivitas 3,36 ton per hektare. "Bapak Presiden meminta agar dibuatkan roadmap sampai 2024," kata Airlangga.
Untuk itu, Ketua Umum Partai Golkar ini menyebut akan ada pengembangan lahan sorgum mencapai 100 ribu hektare sampai akhir tahun. "Bapak Presiden minta diprioritaskan untuk daerah Nusa Tenggara Timur di Kota Waingapu (salah satu kecamatan di Kabupaten Sumba Timur)," kata Airlangga.
Jokowi sudah ke Sumba Timur awal Juni lalu dan mengecek uji coba penanaman sorgum di lahan seluas 60 hektare. Jokowi mengklaim hasil dari uji coba ini sangat baik secara ekonomi. Penanaman sorgum ini juga mampu merekrut banyak tenaga kerja.
Jokowi mengimbuhkan, lahan itu nantinya bisa menghasilkan kurang lebih 5 ton sorgum per hektare per tahun. Sehingga, jumlahnya sekitar 400-an kiologram per bulan. "Ini kan juga sebuah hasil yang tidak kecil," kata dia di lokasi, Kamis, 2 Juni 2022.
Saat itulah, Jokowi menyampaikan rencana untuk lahan tanaman sorgum di NTT guna mengurangi ketergantungan impor gandum dan jagung sebagai sumber pangan.
Luas lahan ini kemudian akan meningkat menjadi 115 ribu hektare dan 154 ribu hektare pada 2024. Lahan-lahan itu akan disiapkan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.
Saat ini, kata Airlangga, harga sorgum sekitar Rp 3.500 per kilogram. Dengan produktivitas yang ada, ia menyebut per hektare lahan bisa menghasilkan nilai jual sorgum Rp 12,5 juta dan biaya produksi Rp 8,4 juta.
Tapi kalau dibuat biji kering sosoh, harganya naik jadi Rp 15 ribu per kilogram dan keuntungannya bisa mencapai Rp 28 juta untuk sekali panen. Walau demikian, pemerintah sadar produksi sorgum ini masih terbatas.
"Oleh karena itu arahan Pak Presiden bahwa pilot project ini harus diintegrasikan juga dengan peternakan sapi. Batang pohon sorgum ini, selain untuk makan ternak juga bisa untuk Bioethanol," ujarnya.
<!--more-->
Evaluasi 100 Hari
Berikutnya, Jokowi meminta Menteri Syahrul untuk menyiapkan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan ternak yang akan mengkonsumsi pakan dari sorgum. Tujuannya agar ekosistem sorgum bisa terbentuk di Waingapu.
Lalu, Airlangga akan menyiapkan peta jalan untuk pengembangan sorgum. Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif kebagian tugas menyiapkan pengembangan bioethanol dari sorgum.
"Namun tentu kami harus mendorong kapasitas luasan lahan yang diperluas, kontinuitas produk, dan juga mendapatkan off taker," kata Airlangga.
Salah satu off taker yang dipertimbangkan pemerintah saat ini adalah industri pakan ternak. Industri ini sekarang bahan bakunya 50 persen jagung dan 50 persen protein lain. "Tentu dari protein lain ini, salah satunya sorgum bisa dijadikan untuk pakan ternak," kata dia.
Berikutnya, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Laksana Ti Handoko kebagian tugas untuk mengembangkan varietas sorgum. Terakhir, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono diberi mandat mempersiapkan kebutuhan air, seperti irigasi atau embung di klaster pertama yang dicoba di NTT tersebut.
Klaster pertama ini, kata Airlangga, diharapkan bisa menghasilkan dalam seratus hari (usia panen sorgum) ke depan. "Bisa dievaluasi dalam 100 hari karena tanaman ini adalah tanaman yang sifatnya 3 bulanan, dan memang kami akan memperluas di Waingapu," kata dia.
0 Komentar